Aku
adalah seorang dari anggota sukarelawan Cilik. Namaku adalah Miyu.
Usiaku baru menginjak 10 tahun. Sejak dulu aku ingin menjadi seorang
sukarelawan cilik karena dulu papaku adalah seorang sukarelawan.
Suatu
hari aku dan beberapa temanku pergi menuju suatu Puskesmas di suatu
desa kecil didekat kota kami. Baru sampai setengah perjalanan..
Tiba-tiba sopir kami berhenti mendadak dan cukup untuk membuat aku
dan teman-temanku kaget. Aku bertanya “Ada apa pak? Kenapa
berhenti?” Aku bertanya dengan jantung yang masih berdegup kencang
akibat kaget tadi. “Ada anjing tergeletak dik!” kata sopir kami.
“Apa? Anjing tergeletak?” tanyaku kembali... tanpa menunggu
jawaban dari pak sopir, aku langsung membuka pintu mobilku dan
mendekati anjing yang tergeletak itu. Tentu aku tidak melihatnya
sendiri, aku ditemani salah satu temanku. Aku melihat anjing itu dan
aku yakin pasti anjing itu habis mengalami kecelakaan akibat api, Ah,
pasti anjing ini habis disiksa majikannya dengan api” kataku kepada
temanku. “eh? Kamu tau dari mana?” Tanya temanku penasaran. Aku
menjawab “lihat deh.. Anjing kan biasanya berbulu lebat tapi anjing
ini tidak memiliki bulu sama sekali dan telinganya berwarna hitam
gelap seperti warna kertas yang dibakar, hmmm... lebih baik kita bawa
anjing ini ke rumah sakit hewan di dekat sini.” kataku sambil
berusaha mengangkat anjing ini. Temanku menyahut “apaaaa? Kita mau
membawa anjing ini masuk ke mobil?” dengan nada sedikit tinggi. Aku
langsung menjawab “Iya tentu.. Memang kenapa?” Tanyaku lagi..
“anjing ini kan buruk rupa... aku merasa jijik menolong anjing ini”
jawabnya dengan wajah menunjukan sikap menolak keras. “kita ini kan
sukarelawan cilik, bagaimana bisa kamu tanpa pikir panjang.. langsung
bilang jijik.” dengan nada sedikit marah. Aku langsung mengangkat
anjing itu dengan jaket yang kukenakan dan langsung masuk kedalam
mobil. Dan menyuruh sopirku untuk mampir ke Rumah Sakit Hewan
terdekat.
Setelah
beberapa KM aku melihat sebuah rumah sakit hewan.. tidak besar tapi
cukup ubtuk merawat anjing itu. Setelah memasukan anjing itu.. Aku
pergi keluar ruangan dan menghubungi kepala sukarelawan bahwa aku dan
teman-temanku akan datang terlambat untuk mengunjungi anak-anak di
puskesmas. Setelah itu, aku kembali masuk ke ruangan dan melihat
anjing itu penuh dengan perban.. Salah satu perawat disana
menyampiriku dan bilang bahwa rumah sakit hewan itu tidak bisa
menampung anjing tak bertuan. Akhirnya aku memutuskan akan memelihara
anjing itu meskipun aku yakin anjing itu tidak akan sempurna seperti
anjing-anjing lainnya. Aku meninggalkan anjing itu dan pergi ke
puskesmas untuk menjalani tugasku untuk menghibur anak-anak di
puskesmas. Setelah selesai menjenguk dan menghibur anak-anak disana.
Aku kembali dan mengambil anjing itu serta membawanya pulang.
Tentunya sebelum pulang aku mampir ke sebuah toko hewan dan membeli
tali kekang untuk anjing baruku. Anjing itu kubawa pulang, dan
sesampainya di rumah aku meminta ijin kepada kedua orang tuaku untuk
memelihara anjing itu. Aku menceritakan apa yang terjadi dari awal
sampai aku menemukannya dan membawanya pulang. Orang tuaku setuju dan
anjing itu mulai tinggal dirumah.
Aku
menamakan anjing itu Anko. Aku membagi waktuku antara belajar,
menjadi sukarelawan cilik dan merawat Anko. Aku menganggap Anko
seperti adikku sendiri, meskipun Anko adalah seekor anjing yang
memiliki kekurangan. Semakin hari aku dan Anko semakin sulit
dipisahkan. Anko adalah anjing baik dan penurut terhadap majikannya
serta sangat supel (mudah berteman). Akhirnya aku memutuskan, akan
mengajak Anko untuk menemaniku menjadi sukarelawan. Anko memiliki
kekurangan tapi anak-anak dari rumah sakit dan puskesmas yang
kukunjungi mau bermain dengan anjingku, Anko. Meski terkadang ada
ejekan terhadapnya.
Hari-hari
berlalu dan munculah keajaiban.. Bulu-bulu mulai tumbuh diatas tubuh
Anko.. Warna tubuh yang tadinya gelap dan suram berubah menjadi warna
kecoklatan yang cerah seperti gandum. Aku menjadi semakin senang.
Kini aku yakin tak akan ada ejekan terhadap Anko lagi. Anjing ku yang
buruk kini telah berubah.
Suatu
hari aku mengunjungi rumah sakit penyidap kanker. Aku mendatangi
salah satu kamar milik seorang anak perempuan bernama Shira. Aku tau
biasanya Anko selalu berlarian kesana kemari. Tapi untuk kali ini
Anko sangat tenang. Anko duduk diatas pangkuan Shira dengan tangan
Shira memegang kepala Anko. Shira dan Anko sama sekali tidak bicara.
Mereka berdiam cukup lama. Setelah beberapa lama akhirnya Shira
berkata “Terima kasih kak Miyu dan Anko mau mengunjungiku, Aku
sangat senang. Sekali lagi terima kasih.” setelah itu kami
berpamitan dan pulang. Keesokan harinya, saat aku baru selesai mandi
dan hendak berangkat ke sekolah. Aku dihubungi oleh perawat dari
rumah sakit tempat Shira dirawat. Katanya.... Shira telah meninggal..
Shira telah pergi ke tempat yang indah. Kata-kata singkat tapi cukup
untuk membuat air mataku mengalir dengan Anko disampingku. Anko mulai
terdiam. Meskipun Anko tidak memancarkan wajah sedih tapi aku tau
kalau sebenarnya didalam hatinya Anko sedang menangis. Karena, tidak
ada teman yang bisa menyamai kepercayaan, kesetiaan dan cinta seekor
anjing.
Cerpen
tentang kesetiaan
Agnestasya/
VII B/ 5680
Tidak ada komentar:
Posting Komentar