Kamis, 03 April 2014

Kesetiaan Seekor Anjing


Aku adalah seorang dari anggota sukarelawan Cilik. Namaku adalah Miyu. Usiaku baru menginjak 10 tahun. Sejak dulu aku ingin menjadi seorang sukarelawan cilik karena dulu papaku adalah seorang sukarelawan.

Suatu hari aku dan beberapa temanku pergi menuju suatu Puskesmas di suatu desa kecil didekat kota kami. Baru sampai setengah perjalanan.. Tiba-tiba sopir kami berhenti mendadak dan cukup untuk membuat aku dan teman-temanku kaget. Aku bertanya “Ada apa pak? Kenapa berhenti?” Aku bertanya dengan jantung yang masih berdegup kencang akibat kaget tadi. “Ada anjing tergeletak dik!” kata sopir kami. “Apa? Anjing tergeletak?” tanyaku kembali... tanpa menunggu jawaban dari pak sopir, aku langsung membuka pintu mobilku dan mendekati anjing yang tergeletak itu. Tentu aku tidak melihatnya sendiri, aku ditemani salah satu temanku. Aku melihat anjing itu dan aku yakin pasti anjing itu habis mengalami kecelakaan akibat api, Ah, pasti anjing ini habis disiksa majikannya dengan api” kataku kepada temanku. “eh? Kamu tau dari mana?” Tanya temanku penasaran. Aku menjawab “lihat deh.. Anjing kan biasanya berbulu lebat tapi anjing ini tidak memiliki bulu sama sekali dan telinganya berwarna hitam gelap seperti warna kertas yang dibakar, hmmm... lebih baik kita bawa anjing ini ke rumah sakit hewan di dekat sini.” kataku sambil berusaha mengangkat anjing ini. Temanku menyahut “apaaaa? Kita mau membawa anjing ini masuk ke mobil?” dengan nada sedikit tinggi. Aku langsung menjawab “Iya tentu.. Memang kenapa?” Tanyaku lagi.. “anjing ini kan buruk rupa... aku merasa jijik menolong anjing ini” jawabnya dengan wajah menunjukan sikap menolak keras. “kita ini kan sukarelawan cilik, bagaimana bisa kamu tanpa pikir panjang.. langsung bilang jijik.” dengan nada sedikit marah. Aku langsung mengangkat anjing itu dengan jaket yang kukenakan dan langsung masuk kedalam mobil. Dan menyuruh sopirku untuk mampir ke Rumah Sakit Hewan terdekat.

Setelah beberapa KM aku melihat sebuah rumah sakit hewan.. tidak besar tapi cukup ubtuk merawat anjing itu. Setelah memasukan anjing itu.. Aku pergi keluar ruangan dan menghubungi kepala sukarelawan bahwa aku dan teman-temanku akan datang terlambat untuk mengunjungi anak-anak di puskesmas. Setelah itu, aku kembali masuk ke ruangan dan melihat anjing itu penuh dengan perban.. Salah satu perawat disana menyampiriku dan bilang bahwa rumah sakit hewan itu tidak bisa menampung anjing tak bertuan. Akhirnya aku memutuskan akan memelihara anjing itu meskipun aku yakin anjing itu tidak akan sempurna seperti anjing-anjing lainnya. Aku meninggalkan anjing itu dan pergi ke puskesmas untuk menjalani tugasku untuk menghibur anak-anak di puskesmas. Setelah selesai menjenguk dan menghibur anak-anak disana. Aku kembali dan mengambil anjing itu serta membawanya pulang. Tentunya sebelum pulang aku mampir ke sebuah toko hewan dan membeli tali kekang untuk anjing baruku. Anjing itu kubawa pulang, dan sesampainya di rumah aku meminta ijin kepada kedua orang tuaku untuk memelihara anjing itu. Aku menceritakan apa yang terjadi dari awal sampai aku menemukannya dan membawanya pulang. Orang tuaku setuju dan anjing itu mulai tinggal dirumah.

Aku menamakan anjing itu Anko. Aku membagi waktuku antara belajar, menjadi sukarelawan cilik dan merawat Anko. Aku menganggap Anko seperti adikku sendiri, meskipun Anko adalah seekor anjing yang memiliki kekurangan. Semakin hari aku dan Anko semakin sulit dipisahkan. Anko adalah anjing baik dan penurut terhadap majikannya serta sangat supel (mudah berteman). Akhirnya aku memutuskan, akan mengajak Anko untuk menemaniku menjadi sukarelawan. Anko memiliki kekurangan tapi anak-anak dari rumah sakit dan puskesmas yang kukunjungi mau bermain dengan anjingku, Anko. Meski terkadang ada ejekan terhadapnya.

Hari-hari berlalu dan munculah keajaiban.. Bulu-bulu mulai tumbuh diatas tubuh Anko.. Warna tubuh yang tadinya gelap dan suram berubah menjadi warna kecoklatan yang cerah seperti gandum. Aku menjadi semakin senang. Kini aku yakin tak akan ada ejekan terhadap Anko lagi. Anjing ku yang buruk kini telah berubah.

Suatu hari aku mengunjungi rumah sakit penyidap kanker. Aku mendatangi salah satu kamar milik seorang anak perempuan bernama Shira. Aku tau biasanya Anko selalu berlarian kesana kemari. Tapi untuk kali ini Anko sangat tenang. Anko duduk diatas pangkuan Shira dengan tangan Shira memegang kepala Anko. Shira dan Anko sama sekali tidak bicara. Mereka berdiam cukup lama. Setelah beberapa lama akhirnya Shira berkata “Terima kasih kak Miyu dan Anko mau mengunjungiku, Aku sangat senang. Sekali lagi terima kasih.” setelah itu kami berpamitan dan pulang. Keesokan harinya, saat aku baru selesai mandi dan hendak berangkat ke sekolah. Aku dihubungi oleh perawat dari rumah sakit tempat Shira dirawat. Katanya.... Shira telah meninggal.. Shira telah pergi ke tempat yang indah. Kata-kata singkat tapi cukup untuk membuat air mataku mengalir dengan Anko disampingku. Anko mulai terdiam. Meskipun Anko tidak memancarkan wajah sedih tapi aku tau kalau sebenarnya didalam hatinya Anko sedang menangis. Karena, tidak ada teman yang bisa menyamai kepercayaan, kesetiaan dan cinta seekor anjing.

Cerpen tentang kesetiaan
Agnestasya/ VII B/ 5680

Tidak ada komentar:

Posting Komentar